Senin, 26 Januari 2015

Surga Dunia Part I

Ada sedikit oleh-oleh dari kajian muslimah 26 Januari 2015 yang bertempat di AQL Tebet, Jakarta Selatan. Ada dua orang narasumber, yang pertama ustadzah aminah yang berasal dari mekah. Alhamdulillah atas ijin Allah saya bisa bertemu dengan beliau, karena beliau langka datang ke Indonesia.

Pembicara yang kedua adalah ustadz Bachtiar Nasir, beliau adalah juri Tahfidz di salah satu TV swasta dan sekarang mengisi acara Tadabur Al-Quran di TV tersebut. Pertama saya akan sharing materi dari ustd. Bachtiar, insya Allah di lain kesempatan saya akan sharing materi dari ustadzah Aminah.


Surga dunia
Ustd. Bachtiar Natsir

Ada ungkapan "berat kemungkinan untuk menikmati surga di akhirat, jika tdk bisa merasakan surga Allah di dunia".

Surga Allah di dunia :
1. Pintu surga. Pintu surga di dunia adalah berdzikir. Berdzikir dengan asmaul husna/nama Allah. Berdzikir atau mengingat Allah. Barang siapa mengingat Allah maka ia sudah menikmati surga dunia. Jika asma Allah tdk disebut dalam hatinya maka kiamatlah orang tersebut. Karena dunia terjadi kiamat ketika sudah tidak ada lagi yg menyebut asma Allah. Jika sudah disebut asma Allah, maka teranglah hatinya, lembutlah hatinya.

Kita tau raudoh.. Yaitu taman diantara taman surga, knp disebut taman surga..apakah ada taman disana? Bisa iya bisa tdk, tergantung siapa yg melihat (berdasarkan keimanan). Disebut taman surga karena Rasulullah saw banyak mendapat rahmat disana. Maka ketika di raudoh banyaklah menyebut asmaul husna. Skrg di raudoh berdesakan, tdk perduli org sekitarnya.. Maksain sholat disana, tdk usah begitu berdoalah sedapatnya karena surga Allah itu seluas langit dan bumi. Jgn sampai kita kehilangan subtansi dlm beribadah.

2. Jika pintu surga itu dzikir, maka berjalan di surga itu adalah dgn cara bersabar. Mensyukuri kebaikan2 yg telah Allah berikan. Sabar yg indah adalah ketika ditimpa musibah tapi ia tetap bersyukur.

3. Sedangkan puncak surga itu sendiri adalah beribadah. Percantiklah ibadah di hadapan Allah SWT. Hakikat ibadah adalah tunduk/patuh. Menjalankan perintahnya dan menjauhi laranganya dengan penuh "kehinaan".

Mudah2an kita bisa merasakan surga Allah di dunia, sehingga kita dapat jg merasakan surga Allah di akhirat.

Sekarang bagaimana nih peran kita sbg wanita, sebagai istri, sebagai ibu dari anak2 kita?

Kelebihan mukmin yg sedang berbahagia itu anatara lain dia mengajak org lain untuk merasakan kebahagiaan yg dia rasakan, yaitu kebahagiaan untuk taat kpd Allah.
Contoh ketika kita merasakan nikmatnya memakai jilbab, kita pengen org lain merasakan jg nikmatnya memakai jilbab dengan cara mengajaknya.

Sebagai ibu/istri kita hrs mengajak suami dan anak untuk taat kpd Allah.
Banyak kasus di rumah tangga..ada yg blg. Apa yg harus saya pilih..
1. Menceraikan suami saya untuk mendapatkan org lain yg lebih baik atau
2. Menunggu dan bersabar sampai batas waktu yg Allah berikan
Terkadang memang masalah rumah tangga itu pelik.. Penghianatan, suami/istri yg tdk taat kpd Allah, msalah ekonomi dll. Tapi yg terbaik adalah menunggu dan bersabar untuk mendapatkan yg terbaik. Perceraian itu memang salah satu solusi dalam rumah tangga. Tapi perbuatan halal yg dibenci Allah SWT. Boleh bercerai jika sudah mencukupi sarat perceraian secara fiqih..misalnya org yg murtad, suami yg tdk memberikan nafkah lahir/bathin dll.

Ukuran kesuksesan berumah tangga bukan rumah tangga itu langgeng atau tidak. Tapi rumah tangga yg sukses adalah mengingatkan secara terus menerus tentang betapa bahayanya siksa api neraka.

Ranah perempuan adalah ranah kelembutan, kepasrahan dan doa. Kit harus bisa masuk ke hati anak/suami ke relung yg paling dalam.

Cara menaklukan suami, agar mengajak untuk taat kpd Allah SWT :
1. Pandai menyenangkan dan enak dilihat.
2. Nurut sama suami
3. Jika kamu berada di belakangnya maka jagalah anak, jagalah harta, jagalah kehormatan suami dan jagalah kesucian diri.
Jika perempuan melakukan ketiga hal tsb, tdk akan tersakiti seburuk apa pun pasanganya. Contoh asiyah istri firaun, bgmn bengisnya firaun tp asiyah tdk tersakiti.

Selasa, 13 Januari 2015

Tukang Sepatu

Tidak ada hal yang kebetulan.. Allah telah merancang setiap pertemuan dan perpisahan. Begitu juga dengan pertemuan saya dengan beberapa orang penjual sepatu. Malam itu, sekitar pukul 01.00 sekilas saya melihat beberapa laki-laki membawa tas besar dan ditanganya memegang beberapa buah sepatu, tampak sekali mukanya kelelahan. Pertemuan itu terjadi beberapa detik, karena pada saat itu saya dibonceng suami saya ketika hendak pulang dari pengajian.

Kenapa mereka terus berjalan, apa mereka masih berjualan selarut ini? Mereka berasal dari mana? Mereka tidur dimana? Apa mereka bisa makan? Bagaimana keadaan keluarga mereka?apakah anak-anak mereka masih sekolah?
Banyak sekali pertanyaan di benak saya. Lalu saya melihat seseorang sedang menarik gerobak sampah.. Ya Allah, diluar begitu dingin.. Sampai selarut ini mereka masih bekerja.

Seketika beban dipundak saya pun nyaris menghilang. Saya sering mengeluh pada suami terhadap rejeki dan masalah-masalah yang kami hadapi. Begitu banyak ketakutan, saya takut merasa kekurangan, saya takut masalah-masalah yang lebih besar menghinggapi keluarga kami. Padahal saya masih bisa makan, masih tidur di tempat tidur yang empuk. Bagaimana kalau Allah mencabut nikmat itu :(
"Ya Allah, jauhkan kami dari kemiskinan karena kemiskinan itu dekat dengan kefakiran"

Padahal di zaman rasulullah saw ada beberapa sahabat yang kekurangan, bahkan minum pun menggunakan tangan karena gelas/cangkir pun mereka tidak punya. Tapi masya Allah tidak sedikit pun iman mereka bergeser.
Seperti yang kita ketahui putri rasulullah saw, sayidah fatimah hidupnya sangat sederhana. Bila sekarang putri dari presiden atau putri raja mereka hidup dengan fasilitas mewah, fatimah tidak sama sekali, bahkan diriwayatkan tanganya kasar. Pernah beliau meminta budak kepada ayahnya tapi rasulullah saw tidak memberinya, karena rasullah saw tahu bahwa dari sanalah pahala mengalir untuk sayidah fatimah. Bahkan setiap butir beras pun berdzikir untuk kita bila kita menyiapkan makanan untuk keluarga kita. Kesulitan para sahabat akan dunia tidak membuat mereka 'minder' ketika bergaul dengan sahabat lain yang lebih kaya. Mereka tau kalau kaya itu ujian dan miskin juga ujian. Siapa yang merasa hina karena kemiskinan maka telah rusak imanya, dan siapa yang merasa mulia karena harta maka telah pula rusak imanya. 

Memang masalah dalam rumah tangga itu begitu pelik, diperluakan hati yang lapang dan kesabaran yang ekstra menghadapinya. Ibarat minum jamu yang rasanya pahit, tapi mungkin keesokan harinya badan lebih sehat.
Teringat pesan teman saya, dia bilang ketika masalah menghimpitnya seakan tidak ada jalan keluar capek rasanya memikirkan dunia, lebih baik kita mendoakan muslim lain, barangkali mereka butuh doa kita juga siapa tau kita sedang didoakan mereka sehingga masalah kita selesai berkat bantuan dari doa mereka.

Dulu saya ingin sekali menikah, sampai pernah kesal sama Allah ko belum nikah-nikah. Padahal teman yang lain yang jarang sholatnya bolong jodohnya cepet. Teman saya yang ga pernah berdoa minta jodoh, tiba-tiba dilamar. Padahal mungkin kapasitas saya pada waktu itu belum memenuhi syarat untuk menikah. Nyatanya setelah menikah pun saya seperti kelabakan menghadapi masalah yang datang.

Mungkin banyak ukhti diluaran sana menjerit, "Ya Allah aku ingin menikah". Bersabarlah karena mungkin Allah telah merancang episode terbaik dalam kehidupan kita. Nimatilah masa sendiri dengan disibukan kegiatan yang bermanfaat. Mungkin sekarang masih bisa bercengkrama dengan teman, bila sudah menikah mungkin kita disibukan dengan aktifitas dalam berumah tangga. Mungkin sekarang masih bisa wisata kuliner atau travelling ke tempat lain, mungkin nanti kita tidak bisa menikmatinya lagi karena mungkin skala prioritasnya sudah berbeda. Karena tidak mau kan Allah memberikan yang kita inginkan bukan dengan uluran lemah lembut penuh keridhoan, tapi dilempar ke wajah kita penuh amarah & laknat, "nih ambil! Terserah mau jungkir balik, mau nyungseb, ambil aja" astagfirullah naudzubillahi min dzaalik.

Alhamdulillah untuk setiap keadaan baik itu sudah menikah atau masih sendiri. Sudah punya keturunan atau belum. Apa pun keadaanya yang penting selalu dekat dengan Allah, karena Allah lah sumber kebahagiaan kita.