Rabu, 13 Februari 2013

Ws Rendra


...
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa
sesungguhnya ini
hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?

Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali
oleh-Nya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah
derita.

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku, aku
ingin
lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika: aku
rajin
beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan kekasih.

Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...

"ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"

(WS Rendra).

MASIHKAH ADA RABB DI HATI KITA


 Sahabat, sekali cobalah lihat

Lihatlah rona muka mereka yang selalu segar
Dan penuh sinar

Sahabat, sekali cobalah tatap

Tataplah pada gaun yang putih lagi bersih
Berbalut sutra
Dan wangi percikan parfum Jerman
Lihatlah pada kemilau
Kilatan biru Dr Marten
Yang menginjak permadani
Dalam racik Giovanni

Digenggamnya Alkitab
Pada sisi kanan jasad
Dengan tangan yang halus dan penuh hikmat
Ditentengnya Alkitab
Menyusuri tapak demi tapak
Meniti jalan hingga bebatuan
Dan berkumpul pada sebuah misa
Lantunkan pujian bagi para dewa
Jasad yang tegak berdiri menancap bumi
Bersimbah kukuh dan harap peluh
Berteman kesegaran Edenia
Terus berteriak lantang
Untuk keagungan sang penebus dosa

Larut dalam melodi
Hanyut dalam simponi
Sejuk dalam harmoni
Ketukan Bethoven yang membuka hari
Penuh kesahajaan
Lekat dalam kecintaan
Pada grafiti dan lukisan
Pada ciptaan yang dianggapnya: tuhan

Diiringi Cerita hebat sang pendeta
Yang berteriak dahsyat dari singgasana
Putar balikkan fakta turutkan nafsunya

Orasikan ayat-ayat yang baru saja diciptanya
Hingga berguguran bulu-bulu burung gereja
Hingga berguncang seluruh jiwa
Hingga tumbang oaks di tepi sahara
Membahana pada tiap lekuk dunia

Sedangkan kita.
Tanpa peduli pada tubuh yang belum sempat kita basuh
Tanpa peduli pada hati yang belum sempat kita sentuh
Tanpa peduli pada tahmid yang mestinya menyapa subuh
Kita raih secarik sarung lusuh
Mulai beranjak pada air wudu
Dalam ketergesaan yang memburu
Karena ikamah telah berkumandang menembus kalbu
Saat kemudian sang imam
Lantunkan indahnya surah Arrahmaan
Pada rakaat yang penghabisan

Begitu sejuk
Begitu damai
Begitu mesra
Begitu cinta
Begitu iba
Dan begitu khusyuknya kita
Nikmati air liur yang kembali kita sembur
Lanjutkan indahnya kembang tidur

Oh indahnya subuh
Yang selalu dihiasi wewangian
Aroma petai jengkol dan juga bakwan
Oh indahnya subuh
Yang selalu diliputi cerita imam dan makmum yang mendengkur

Dan
Alquran yang begitu mulia
Terus menangis terhimpit luka
Mushaf suci itu berdiri rapi pada rak almari
Tanpa pernah disentuh sama sekali
Mushaf suci itu hilang seinci demi seinci
Tanpa pernah dicari ke mana lembar itu pergi

Dan
Alquran yang begitu mulia
Terus merintih tertimbun nestapa
Mushaf suci itu menjadi isi tas gelap dan kusam
Tertindih sapu tangan dan kaus kaki
Mushaf suci itu hampir kehilangan bentuknya
Tertumpah aqua dan tergores pena
Mushaf suci itu hampir kehilangan kesuciannya
Berteman buku dan majalah penuh cerita nista

Dan
Alquran yang begitu mulia
Terus meratap terkubur lara

Mushaf suci itu hampir tiada kelihatan
Karena bersembunyi di balik punggung
Mushaf suci itu hampir tiada tertampakkan
Karena berdiri di balik sarung legam

Seekor keledai
Terus membawa kitab tebal itu kesana kemari
Berhias peluh dan daki
Seekor keledai
Ternyata tak jua mampu pahami arti
Meski dikaruniai akal
Tetap saja menjadi baghal yang begitu bebal

Sahabat
Kita bukan tidak mengerti
Kita bukan tidak pahami
Tapi karena memang cinta kita untuk-Nya
Begitu apa adanya
Dan tak ada apa-apanya
Dibanding apa-apa yang ada pada diri kita

Kita mengaku menyukai-Nya
Tapi kita lebih suka dengan apa yang dibenci-Nya
Kita mengaku mencintai-Nya
Tapi kita lebih suka dengan apa yang dijauhi-Nya

Cinta kita begitu sederhana
Tapi kita terus panjatkan dengan pinta
Kasih kita tidak ada apa-apanya
Tapi kita terus pintakan keindahan surga-Nya

Kita bukan tidak tahu.
Cara terbaik mencintai-Nya
Kita bukan tidak tahu.
Kiat terbaik membahagiakan-Nya

Tapi
Kita memang enggan melakukannya

Karena
Begitu cintanya kita pada dunia
Karena
Kita tak ingin kematian itu menghampiri kita

RENUNGKANLAH WAHAI SAHABAT
 
 Sumber : Didapat dari seorang teman

Minggu, 10 Februari 2013

Unspoken Story


Masih ditempat yang sama dibelakang monitor, dengan alunan lagu yang tiap hari menyapaku dan matahari yang masih setia  menemani. Aku sedang mengingatnya, dia yang pernah ada di hatiku.
Rasanya aneh, belum pernah terasa. Sangat asing, namun begitu menyenangkan. Ini masih tentang dia yang tak pernah bisa kumiliki, dan memang tidak ingin kumiiki. Dia hanya teman disaat sepiku, teman melepas kepenatan, temanku sebelum dia yang kutunggu datang. Begitu pun dia yang menyukai ketika aku bersamanya, denganku dia merasa nyaman. Bukan salahmu karena kau tidak bisa bersamanya, lalu dia memilihku untuk menemaninya. Meskipun kau bersamanya dia tetap mencariku untuk membagi asa denganku. Jiwanya memang milikmu, hatinya memang milikmu, tapi ada sedikit ruang yang dia sisakan untukku. Maaf bukan niatku merebutnya darimu, tapi ada perasaan yang sangat hangat ketika dia menyapaku. Begitupun dia merasa yang sama denganku.
Kharismanya begitu menyentuhku dan kecerianku mampu merubah dunianya menjadi lebih berwarna. Aku tau dia akan tetap memilihmu, karena itu pun yang aku mau, yaitu dia kembali kepadamu. Sekalipun dia berjanji untuk memilihku, aku tidak ingin memilikinya karena dia sudah memutuskan dirinya untuk kau miliki.
Biar ku nikmati sisa hariku bersamanya, aku berjanji akan mengembalikannya padamu, suatu hari.  Ya suatu hari nanti, sebentar lagi, sebentar saja ku pinjam dia darimu. Setelah itu, akan kutuliskan rasa rinduku hanya dalam secarik kertas dan biar kulihat wajahnya hanya dalam ingatan, agar dia tau aku pernah merindukannya.

Okt 2012
13.12

Dia


Kamu yang seberang sana, yang namanya pun aku belum tau.
Hari ini aku lagi-lagi merindukanmu.
Aku sering membicarakanmu denyan Nya, bahkan engkau yang selalu ada di ingatanku ketika aku bertemu dengan Nya.
Dalam setiap sudjudku, aku memintamu. Dalam setiap doaku aku menyebut namamu.
Dalam setiap sedekahkau, ku niatkan untukmu. Dalam ryadah ku, aku memohon padaNya agar aku bertemu denganmu.

Aku rindu, bahkan sangat rindu.. ingin aku memelukmu dan mengatakan aku lelah menunggumu.
Setiap malam-malamku, setiap pagi datang aku selalu beharap  kamu ada diantara orang-orang yang aku temui setiap harinya.

Maaf, seringkali hatiku kusandarkan pada orang lain, karena ku berharap kamu adalah salah satu dari mereka.
Maaf, kadang aku lupa untuk menjaga diriku. Karena lagi-lagi aku berharap kamu salah satu dari mereka.
Maaf, aku membuatmu lama menunggu, karena aku yang belum pantas untuk kau temui, sehingga membuatmu harus bersebar lebih lama.

Sering kuttitpkan rinduku padaNya, apakah Dia menyampaikannya padamu?
Aku yakin kau pun demikian, karena aku tau engkau ada.
Dia lah  yang menemaniku dan memelukku ketika aku merindumu.
Dial ah yang mencintaiku lebih dari pada siapa pun.

Aku yakin, suatu hari kita akan bertemu di waktu yang tepat.  Ketika itu, Dia hadir dan tersenyum menyaksikan pertemuan kita.
Datanglah.. Ketuklah pintu rumahku.. dan khitbahlah aku dengan hafalan surat Al-Mulk.

Aku akan bersabar, agar bisa menyempurnakan agamaku bersamamu.
Terus perbaikilah ahlakmu, agar kau bisa menjadi imamku.
Aku akan bersbar demi pertemuanku, denganNya
November 2012
10.45