Sahabat, sekali
cobalah lihat
Lihatlah rona muka
mereka yang selalu segar
Dan penuh sinar
Sahabat, sekali
cobalah tatap
Tataplah pada gaun
yang putih lagi bersih
Berbalut sutra
Dan wangi percikan
parfum Jerman
Lihatlah pada
kemilau
Kilatan biru Dr
Marten
Yang menginjak
permadani
Dalam racik
Giovanni
Digenggamnya
Alkitab
Pada sisi kanan
jasad
Dengan tangan yang
halus dan penuh hikmat
Ditentengnya
Alkitab
Menyusuri tapak
demi tapak
Meniti jalan
hingga bebatuan
Dan berkumpul pada
sebuah misa
Lantunkan pujian
bagi para dewa
Jasad yang tegak
berdiri menancap bumi
Bersimbah kukuh
dan harap peluh
Berteman kesegaran
Edenia
Terus berteriak
lantang
Untuk keagungan
sang penebus dosa
Larut dalam melodi
Hanyut dalam
simponi
Sejuk dalam
harmoni
Ketukan Bethoven
yang membuka hari
Penuh kesahajaan
Lekat dalam kecintaan
Pada grafiti dan
lukisan
Pada ciptaan yang
dianggapnya: tuhan
Diiringi Cerita
hebat sang pendeta
Yang berteriak
dahsyat dari singgasana
Putar balikkan
fakta turutkan nafsunya
Orasikan ayat-ayat
yang baru saja diciptanya
Hingga berguguran bulu-bulu
burung gereja
Hingga berguncang
seluruh jiwa
Hingga tumbang
oaks di tepi sahara
Membahana pada
tiap lekuk dunia
Sedangkan kita.
Tanpa peduli pada
tubuh yang belum sempat kita basuh
Tanpa peduli pada
hati yang belum sempat kita sentuh
Tanpa peduli pada
tahmid yang mestinya menyapa subuh
Kita raih secarik
sarung lusuh
Mulai beranjak
pada air wudu
Dalam ketergesaan
yang memburu
Karena ikamah
telah berkumandang menembus kalbu
Saat kemudian sang
imam
Lantunkan indahnya
surah Arrahmaan
Pada rakaat yang
penghabisan
Begitu sejuk
Begitu damai
Begitu mesra
Begitu cinta
Begitu iba
Dan begitu
khusyuknya kita
Nikmati air liur
yang kembali kita sembur
Lanjutkan indahnya
kembang tidur
Oh indahnya subuh
Yang selalu
dihiasi wewangian
Aroma petai
jengkol dan juga bakwan
Oh indahnya subuh
Yang selalu
diliputi cerita imam dan makmum yang mendengkur
Dan
Alquran yang
begitu mulia
Terus menangis
terhimpit luka
Mushaf suci itu
berdiri rapi pada rak almari
Tanpa pernah
disentuh sama sekali
Mushaf suci itu
hilang seinci demi seinci
Tanpa pernah
dicari ke mana lembar itu pergi
Dan
Alquran yang
begitu mulia
Terus merintih
tertimbun nestapa
Mushaf suci itu
menjadi isi tas gelap dan kusam
Tertindih sapu
tangan dan kaus kaki
Mushaf suci itu
hampir kehilangan bentuknya
Tertumpah aqua dan
tergores pena
Mushaf suci itu
hampir kehilangan kesuciannya
Berteman buku dan
majalah penuh cerita nista
Dan
Alquran yang
begitu mulia
Terus meratap
terkubur lara
Mushaf suci itu
hampir tiada kelihatan
Karena bersembunyi
di balik punggung
Mushaf suci itu
hampir tiada tertampakkan
Karena berdiri di
balik sarung legam
Seekor keledai
Terus membawa
kitab tebal itu kesana kemari
Berhias peluh dan
daki
Seekor keledai
Ternyata tak jua
mampu pahami arti
Meski dikaruniai
akal
Tetap saja menjadi
baghal yang begitu bebal
Sahabat
Kita bukan tidak
mengerti
Kita bukan tidak
pahami
Tapi karena memang
cinta kita untuk-Nya
Begitu apa adanya
Dan tak ada
apa-apanya
Dibanding apa-apa
yang ada pada diri kita
Kita mengaku
menyukai-Nya
Tapi kita lebih
suka dengan apa yang dibenci-Nya
Kita mengaku
mencintai-Nya
Tapi kita lebih
suka dengan apa yang dijauhi-Nya
Cinta kita begitu
sederhana
Tapi kita terus
panjatkan dengan pinta
Kasih kita tidak
ada apa-apanya
Tapi kita terus
pintakan keindahan surga-Nya
Kita bukan tidak
tahu.
Cara terbaik
mencintai-Nya
Kita bukan tidak
tahu.
Kiat terbaik
membahagiakan-Nya
Tapi
Kita memang enggan
melakukannya
Karena
Begitu cintanya
kita pada dunia
Karena
Kita tak ingin
kematian itu menghampiri kita
RENUNGKANLAH WAHAI
SAHABAT
Sumber : Didapat dari seorang teman